Selasa, 07 Oktober 2014

Why Do We Avoid Intimacy?

Posted by Aster di 01.57
Jadi, weeks ago pas lagi kelompokan di perpustakaan nemu buku yang menurut gue menarik. I showed it to my friends and their reaction was like bleh, bahas ginian lagi rek. Haha maafkan ya temans:"D 
Judul bukunya sih Human Intimacy: Marriage, The Family and Its Meaning oleh Frank D. Cox, ini adalah inset 1-2 yang ada pada halaman 20 di buku tsb. I don't know why it catch my attention (nope) (i know but yeah). Dan aku mencoba untuk menerjemahkan.

Untuk mencari dan menemukan keintiman dengan yang lain memiliki manfaat yang besar. Tapi orang cenderung menghindari keintiman dengan banyak alasan. Untuk membuka diri terhadap keintiman juga berisiko tersakiti. Bagaimana jika kita membuka diri kepada orang lain, mempercayai mereka akan melakukan hal yang sama, tapi nyatanya tidak? Masing-masing dari kita mungkin pernah mengalami hal yang seperti itu. Siapa yang belum pernah menyukai orang lain dan ditolak? Kita mungkin sekarang bisa menertawakan kegagalan kita dengan keintiman diawal (kita biasa menyebutnya cinta monyet), tapi setiap kegagalan yang kita dapat, kita menjadi lebih berhati-hati dan was-was.
Rasa takut untuk kehilangan adalah salah satu penghalang terbesar bagi keintiman. Setiap kali kita tersakiti, kita menjadi lebih sulit untuk terbuka, percaya dan peduli dengan hubungan baru. Untuk menjadi yang pertama dalam mengungkapkan perasaan, untuk mengatakan “Aku suka padamu” atau “I love you” membuka kemungkinan untuk ditolak. Langkah pertama menuju hubungan yang lebih intim sangat sulit terutama bagi mereka yang insecure dan kurang rasa percaya diri. Untuk membangun hubungan yang intim, seseorang harus akrab, menerima dan nyaman dengan dirinya. Sampai dalam satu poin jika kita tidak seperti itu, kita akan memiliki ketakutan untuk menjalin hubungan yang intim.
Keintiman menuntut keterlibatan secara aktif dengan yang lain. Seringnya peran penonton pasif lebih nyaman karena kita diberi kenyamanan itu. Masyarakat kita mengajarkan kita menjadi penonton melalui televise. Masyarakat cenderung membuat kita memaikan peran untuk selalu menyenangkan orang lain dan mengingkari perasaan kita sendiri. Kita harus melihat bagaimana keintiman dihindari ketika kita secara stereotip memaikan peran maskulin dan feminine (contohnya, pria macho tidak menangis atau menunjukkan kepedulian berlebih).
Kemarahan bisa menjadi penghalang lainnya untuk keintiman jika tidak ditangani secara terbuka. Ketika kita melarang, menolak dan menyamarkan kemarahan itu kita tidak menyelesaikannya. Malah kemarahan itu akan menjadi bibit-bibit permusuhan. Pastilah kita pernah marah dengan orang yang kita sayang. Tapi kemarahan yang dipendam terus menerus menjadi seperti bom waktu yang jika waktunya nanti dapat merusak keintiman. Ingatlah bahwa keintiman memerlukan keterbukaan kedua belah pihak. Kemarahan yang dipendam membuat kita lebih tertutup. Dan kemarahan yang terpendam juga menindikasikan kurangnya rasa percaya pada pasangan. Tanpa rasa percaya tak akan ada keintiman.

Rasa takut akan penolakan, tidak menerima diri sendiri, peran penonton dan kemarahan yang terpendam adalah empat penghalang utama keintiman.

1 komentar:

kieren lee mengatakan...

AACCK! bagus banget :'))) penasaran sama bukunya....

Posting Komentar

 

Fangirl Diaries Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review